Saturday, January 24, 2009

International Public Relations Association (IPRA)

IPRA merupakan organisasi humas di tingkat internasional, terbentuk pada bulan Mei tahun 1955 dalam suatu pertemuan di Stratford-Upon-Avon, dengan tujuan sebagai berikut:

1. Menyediakan jalur bagi pertukaran gagasan dan pengalaman

professional antara mereka yang berurusan dalam kegiatan humas

mengenai kepentingan internasional.
2. Mengadakan suatu rotasi (perputaran) apabila anggotanya setiap saat

memerlukan pemberitahuan dan bimbingan, dapat meyakini akan

kebaikan dan bantuan dari para anggotanya di seluruh dunia.
3. Membantu mencapai kualitas tertinggi tentang praktek kehumasan

umumnya di seluruh negara dan terutama di bidang internasional.
4. Meningkatkan praktek kehumasan di semua bidang kegiatan di dunia

dan memajukan nilai-nilai dan pengaruhnya melalui promosi ilmu

pengetahuan dan pengertian tentang berbagai tujuan dan caranya baik

di dalam maupun di luar profesi itu.
5. Meninjau dan mencari jalan keluar terhadap permasalahan yang

mempengaruhi praktik kehumasan yang biasa terjadi di berbagai

negara termasuk masalah-masalah seperti status profesi berbagai

kode etik profesi dan kualifikasi untuk menangani bidang tersebut.
6. Menerbitkan bebragai bulletin, majalah atau terbitan- terbitan lain

termasuk “who’s who” di bidang humas internasional.
7. Mengerjakan kegiatan-kegiatan lain yang mungkin dapat

menguntungkan para anggotanya atau memberikan kemajuan bagi

praktik kehumasan di seluruh dunia.

Keanggotaan IPRA terbuka bagi semua orang yang bertanggung jawab penuh bagi rencana dan pelaksanaan suatu bagian penting dan berkaitan dengan semua kegiatan dari suatu badan hokum, perusahaan, perserikatan, pemerintahan, atau organisasi lain yang membina hubungan baik dan produktif dengan public atau khalayak ramai.

Kongres pertama IPRA diselenggarakan di Brussel pada bulan Juni tahun 1958, dihadiri oleh 250 prakjtisi dari 23 negara. Kongres humas dunia selanjutkan diselenggarakrn tiga tahun sekali. Asia pertama ditempati kongres humas dunia (Kongres ke IX) pada bulan januari tahun 1982 di Bombay.

IPRA memiliki agenda tetap berupa penghargaan dan anugerah bagi para anggotanya, antara lain penghargaan tertinggi dalam ajang humas, Golden World Awards for Excellent in Public Relations (GWA sejak tahun 1990) dan Grand Prize for Excellence in Public Relations. Penghargaan kepada program humas dari suatu organisasi dimana humas baru berkembang, Front Line , United Nation Award. Setiap tahun diselenggarakan Seminar Humas Internasional IPRA sekaligus memilih presiden IPRA.

Institute Public Relations of British (IPR)

Berada di Inggris dan didirikan pada tahun 1948 oleh sekelompok pegawai humas dari pemerintah pusat, local, kalangan industri, dan sector perdagangan. Secara resmi IPR diresmikan dan mendapat pengakuan pada tahun 1964.

Tujuan IPR adalah sebagai berikut:

1. Untuk memajukan perkembangan huams demi kepentingan praktik

tersebut di bidang perdagangan, industri, pemerintah local, dan pusat,

perusahaan-perusahaan nasional professional, organisasi-organisasi

sukarela dan demi kepentingan semua praktisi dan semua pihak yang

berkaitan dengan soal humas.
2. Untuk mendorong dan memupuk ketaatan pada standar professional

yang tinggi bagi para anggotanya dan untuk menetapkan serta

merumuskan standar-standar semacam itu.
3. Untuk mengatur pertemuan, diskusi, konferensi, dan lain-lainmengenai

masalah yang menjadi kepentingan bersama dan secara umum untuk

bertindak sebasgai wadah bagi pertukaran gagasan mengenai praktek

kehumasan.

Keanggotaan aktif IPR terbuka bagi perseorangan yang berusia 28 tahun atau lebih, memiliki pengalaman minimal 5 tahun, dan memenuhi syarat untuk menjalankan profesi humas seperti yang ditegaskan oleh memorandum of association, atau bagi perseorangan yang berusia 26 tahun atau lebih, dengan pengalaman minimal 2 tahun meliputi berbagai hal, tetapi telah mendapatkan diploma CAM dan memnuhi syarat seperti tercantum dalam memorandum of association.

Sama dengan Perhumas maupun PRSA, IPR juga menerima anggota mahasiswa, yakni mereka yang mengikuti kursus pendidikan atau latihan yang dikelola dan diakui oleh IPR. Bagi anggota ini selain kursus, juda ilakukan kegiatan brupa pertemuan untuk diskusi, perdebatan, pertunjukan film, konferensi sehari atau akhir pecan yang kesemuanya ditujukan untuk meningkatkan p[engetahuan anggotanya. Setiap bulan diadakan acara pertemuan makan siang dari September sampai JUni di London. Acara tersebut menghadirkan pembicara tamu dari kalangan perindustrian, pemerintahan, berbagai profesi, dan sebagainya.
IPR menerbitkan sebuah laporan berkala bulanan, berbagai laporan, dan monografi atas aspek-aspek tertentu tentang praktek humas.

ORGANISASI PROFESI HUMAS DI LUAR NEGERI:

Organisasi-organisasi humas di negara Eropa berkumpul dalam satu wadah organisasi di tingkat Eropa, yakni Federation Associated Public Relations Organization (FAPRO).

Aktivitas organisasi ditujukan untuk secara terus menerus mengembangkan profesi humas, meningkatkan keahlian para praktisi humas melalui berbagai kegiatan-kegiatan pertemuan (seminar, lokakarya, pelatihan, dan sebagainya), riset, penerbitan (jurnal, majalah, news letter) dan pengembangan pendidikan. Tidak ketinggalan adalah aktivitas yang bertujuan untuk mengembangkan profesi antara lain menyebarkan pentingnya arti humas bagi suatu lembaga, melakukan control akses, merumuskan dan memberlakukan kode etik profesi, melakukan evaluasi dan kontrol terhadap praktek humas para anggotanya.

Berikut beberapa organisasi profesi humas di Amerika dan Inggris yang penulis sadur dari Black (1992).

Public Relations Society of Amerika (PRSA)

PRSA berkantor pusat di

New York, berdiri pada tahun 1947. Tujuan didirikan PRSA adalah:
1. Untuk menyatukan mereka yang melakukan kegiatan di bidang humas
2. Untuk mempertimbangkan segala masalah yang dihadapi bidang

kehumasan.
3. Untuk merumuskan, memajukan, menjelaskan kepada kelompok

kelompok usaha, profesioanl, dan lain-lain, serta masyarakat, tentang

tujuan-tujuan, dan fungsi humas, dan tentang mereka yang bergiat di

bidang humas.
4. Untuk memperbaiki hubungan pelaksana humas dengan para majikan

dank Klien,dengan media yang mapan mengenai informasi dan opini,

dan dengan masyarakat.
5. untuk memajukan dan berusaha mempertahankan standar yang tinggi

pelayanan umum dan tingkah laku.
6. Untuk bertukan pikiran dan pengalaman, dan untuk menghimpun dan

menyebarkan informasi yang bernilai kepada para petugas humas dan

masyarakat.
7. Untuk menggiatkan, mensponsori, dan membantu perkembangan riset

belajar dan cara mengajar dalam golongan masyarakat humas melalui

ceramah-ceramah dan kursus-kursus lain yang dapat menjadi

keharusan dan dilakukan secara beraturan pada lembaga-lembaga

pendidikan yang mapan.
8. Menyediakan sarana dan kesempatan bagi riset dan analisis mengenai

setiap dan segala segi kehumasan melalui berbagai forum,

diskusi,survey, pertemuan umum, pameran, dan konferensi.
9. Untuk menerbitkan pamphlet, buku, monografi, dan secara umum

menyebarkan informasi mengenai masalah kehumasan.
10.Untuk memberikan, menghibahkan, dan mensponsori pemberian

beasiswa dan hadiah pada lembaga pendidikan yang diakui bagi

pengkajian dan riset di bidang humas.

Standar professional dalam PRSA dikontrol secara ketat. Setiap orang yang ingin menjadi anggota diwajibkan mentaati prinsio-prinsip kode standar profesionalnya. Pada tahun 1965 PRSA mengadakan program pengakuan sebagai anggota PRSA dengan gelar APR, melalui ujian lisan dan tulis. Ujian diadakan untuk menguji kemampuan dan pengetahuan calon anggota dalam bidang humas.

Ujian tertulis diawasi oleh sebuah organisasi penguji professional dan ujian lisan dilakukan oleh tim yang terdiri dari tiga anggota yang diakui keahlian mereka. Bahkan sejak 1969, aturan itu diberlakukan sebagai syarat wajib bagi mereka yang ingin menjadi anggota aktif.

Pelayanan dan kegiatan terus dilakukan untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuan praktisi humas pada segala tingkatan melalui karir humas. Antara lain dibentuklah Persatuan mahasiswa Humas Amerika (PRSSA) bagi para sarjana muda. Kegiatan pendidikan PRSSA dibimbing secara nasional oleh komite pendidikan dengan penasihat para pendidik dari berbagai sekolah tinggi dan universitas di seluruh Amerika serikat. Begitu pula kegiatan riset mendapat perhatian tersendiri. Tahun 1955 dibentuk pusat informasi dan merupakan pusat informasi nasional satu-satunya bagi bidang humas. Pusat ini menghimpun data mengenai humas dan memenuhi kebutuhan pengkajian dan sebagai acuan para eksekutif, pengajar, dan mahasiswa humas. Tahun 1856 PRSA mendirikan yayasan riset humas dan pendidikan oleh para anggota PRSA. Kegiatan yayasan ini antara lain memberi beasiswa tahunan kepada sejumlah pengajar humas terpilih dan memberi hadiah beasiswa tingkat sarjana setiap tahun kepada mahasiswa humas yang berprestasi. Yayasan juga melakukan kegiatan dokumentasi audio visual para penceramah humas, riwayat, wawancara yang di filmkan, serangkaian monograf mengenai sejarah profesi, penerbitan data hasil riset, dan menerbitkan buku “Undang-undang Humas:” Sebuah Bibliografi Komperehensif”. Tahun 1973, yayasan memproduksi film “Pendapat Masyarakat” mengenai profesi humas.

Selain menerbitkan jurnal humas, PRSA menerbitkan Register issue of the journal, yakni publikasi tahunan yang memuat daftar para anggota PRSA, alamat, dan afuiliasi bisnis mereka, standar profesioanl, dan prosedur bagi para panel pengadilan, kebijakan-kebijakan dewan tertentu dan peraturan-peraturan PRSA. Penerbitan humas tertua oleh PRSA adalah media publikasi Channels yang terbit bulanan, pertama kali terbit tahun 1937. PRSA memiliki program tahunan, yakni Pemberian penghargaan Gold Anvil Award (GAW) bagi pengabdian luar biasa seseorang kepada profesi humas, antara lain: Outstanding Educator Award bagi prtestasi seorang pengajar humas, Paul Lund Awards bagi pengabdian umum yang luar biasa, President Citation bagi pengabdian luar biasa kepada organisasi profesi (PRSA), Film Festival Award bagi film humas terbaik pada tahun pemilihan (terbuka bagi anggota saja). Sementara penganugerahan Chapter Banner Award diberikan kepada cabang organisasi yang menonjol dalam memajukan profesi humas maupun PRSA. Selain GAW juga ada Silver Anvil Award Competition bagi program-program humas yang menonjol yang diadakan selama setahun sebelumnya. Semua kompetisi ini terbuka bagi anggota dan yang bukan anggota.

Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia (APPRI)

Selain Perhumas yang menghimpun para praktisi humas di Indonesia juga telah terbentuk organisasi yang menghimpun perusahaan humas, yakni Asosiasi Perusahaan Public Relations (APPRI).

APPRI berdiri pada tanggal 10 April 1987 di Jakarta dan bersifat independen. Tujuan APPRI adalah sebagai berikut:

1. Menghimpun, membina, dan mengarahkan potensi perusahaan public

relations nasional, agar secara aktif, positif, dan kreatif, turut serta

dalAm usaha mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur,

berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.

2. Mewujudkan fungsi publik relations yang sehat, jujur, dan bertanggung

jawab, sesuai dengan kode praktek dan kode etik yang lazim berlaku

secara nasional dan internasional.

3. Mengembangkan dan memajukan kepentingan asosiasi dengan

memberikan kesempatan kepada para anggota untuk konsultasi dan

kerja sama serta memberikan saran bagi pemerintah, badan-badan

kemasyarakatan, asosiasi yang mewakili dunia industri dan

perdagangan, serta badan-badan lain untuk berkonsultasi dengan

APPRI sebagai suatu lembaga.

4. Memberi informasi kepada klien bahwa anggota APPRI memnuhi
syarat untuk memberikan nasihat dalam bidang public relations dan

akan bertindak untuk klien menurut kemampuan profesionalnya.

5. Merupakan sarana untuk para anggotanya dalam soal-soal

kepentingan usaha dan profesi, dan menjadi forum koordinasi praktik

public relations.

6. Merupakan medium bagi masyarakat umum untuk mengetahui

mengenai pengalaman dan kualifikasi para anggotanya.

7. Membantu mengembangkan kepercayaan umum atas jasa public

relations.

APPRI telah menetapkan Kode Etik Profesi dan memberlakukan pada anggotanya. Sampai sejauh ini anggota APPRI telah berkiprah di tingkat internasional. Misalnya, Soedarto & Noeradi PR Consultant, Fortune PR, Ida Sudoyo Associates M-PR Consultant, Inke Maris Associates, Eksekutif PR, dan sebagainya.

Selain Perhumas dan APPRI, di Indonesia baru didirikan Public Relations Society of Indonesia (PRSI)pada tahun 2005, juga ada organisasi profesi yang lebih spesifik berdasarkan jenis usahanya, misalnya Perhimpunan Public Relations Perhotelan Indonesia, pernah menjadi ketua antara lain Rae Sita Supit dan Sri Sekartaji dari Sahid Jaya Hotel Jakarta. Kemudian ketika terjadi krisis perbankan nasional dimana banyak bank di likuidasi, di merger, dan di akuisisi (sekitar 1997), sempat muncul iklan perbankan di televisi yang mengatasnamakan Persatuan Public Relations Perbankan Indonesia. Saat ini di Kota Malang, Jawa Timur telah terbentuk Forum Humas Perguruan Tinggi yang beranggotakan para humas di perguruan tinggi-perguruan tinggi se Malang Raya.

Kemunculan organisasi-organisasi ini merupakan budaya yang baik selama memiliki komitmen untuk memecahkan persoalan profesi, berkaitan dengan akses-akses yang memperkokoh pelaksanaan kerja humas secara lebih professional. Dengan dua organisasi profesi yang mantap seperti Perhumas dan APPRI saja misalnya, maka profesi humas dapat lebih dikukuhkan. Apalagi bila organisasi-organisasi tersebut juga memperhatikan komitmen untuk merancang kurikulum humas di perguruan tinggi, seperti yang dilakukan Public Relation Society of Amerika. Berikut ini dalam modul kita akan mengenal lebih jauh tentang organisasi profesi humas d luar negeri.

Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (PERHUMAS)

Para praktisi humas di Indonesia mendirikan Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (PERHUMAS) di Jakarta pada tanggal 15 Desember 1972, dengan maksud untuk menghimpun dan membentuk wadah bagi para praktisi. Lebih lengkap tujuan Perhumas adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan perkembangan dan keterampilan professional hubungan

masyarakat di Indonesia.
2. Memperluas danmemperdlam pengetahuan mengenai hubungan
masyarakat.
3. Meningkatkan kontak dan pertukaran pengalaman diantara para

anggotanya.
4. Menyelenggarakan hubungan dengan organisasi-organisasi serumpun

dengan bidang hubungan masyarakat, di dalam maupun di luar negeri.

Pada tahun 1997 Perhumas memprakarsasi berdirinya organisasi humas di Asia Tenggara yakni Federation of ASEAN Public Relations Organization (FAPRO) di Kuala Lumpur. Indonesia melalui Perhumas ditunjuk menjadi tuan rumah Konferensi FAPRO di Jakarta. Perhumas juga sudah tercatat dan diakui oleh Internasional Public Relations Association (IPRA) dan pernah dipernah dipercaya sebagai tuan rumah konferensi IPRA pada tahun 1995. Indonesia telah menjadi board member IPRA. Bahkan pada tahun 2000-2001 board member IPRA diwakili oleh Indonesia, Amerika serikat, Inggris, Afrika Selatan, Kenya, Jerman, dan Turki. Tahun 2000 ketika IPRA menyelenggarakan event bergengsi bagi kompetisi program humas di tingkat dunia, yakni Golden World Award for Excellent in PR (GWA) praktisi humas Indonesia menjadi salah satu tim juri diantara 30 juri yang ada yang mewakili 19 negara di dunia.

Saat ini Perhumas telah beranggotakan ribuan orang/praktisi yang terdiri dari anggota kehormatan, anggota biasa, anggota peserta, dan anggota siswa. Beberapa kegiatan Perhumas antara lain:

1. Menjalin kerjasama dengan beberapa perguruan tinggi untuk bersama-

sama mengembangkan pendidikan humas. Perhumas menerima

anggota siswa yang berasal dari para mahasiswa jurusan Ilmu

Komunikasi dan atau humas.

2. Menjalin kerja sama dengan perusahaan-perusahaan dan lembaga

lembaga. Misal, dengan majalah Info Pasar Modal yang mewakili

kalangan pasar modal (Bapepam dan Bursa Efek Jakarta) telah

mendirikan Lembaga Pengembangan Hubungan Masyarakat

Perusahaan Publik Indonesia (LPHPPI).; dengan Komite Pemberantasan

Korupsi.

3. Menerbitkan jurnal Perhumas yang berisi tentang aktivitas organisasi

dan tulisan para pakar tentang humas dan komunikasi.

4. Setiap tahun Perhumas menyelenggarakan konvensi (pertemuan)
nasional.

5. Menyelenggarakan serangkaian seminar dan lokakarya.

6. Menyelenggarakan Lomba Penerbitan Majalah Ing Griya yang
terbagi ke dalam katagori Majalah/bulletin, tabloid, news letter, dan

warkat investor. Terakhir, lomba Ing Griya ini diselenggarakan pada

tahun 2004.

7. Musyawarah Nasional. Terakhir Munas diselenggarakan di Yogjakarta,

pada tanggal 16-18 Desember 2004, sekaligus memilih Ketua Umum

periode 2004-2007. Ketua Umum terpilih adalah Rusli Simanjutak dari

Bank Indonesia. Perkembangan Perhumas bisa di ikuti melalui web site

Perhumas: www. perhumas.or.id

8. dan sebagainya.

ORGANISASI PROFESI HUMAS

Kali ini kita sampai pada pembahasan tentang organisasi profesi humas. Barangkali belum banyak orang tahu tentang keberadaan organisasi ini. Bahkan di Indonesia sendiri, masih saja ada praktisi yang belum mengetahui bahwa telah ada organisasi profesi humas Indonesia. Hal ini sungguh berbeda misalnya, dengan profesi dokter (hampir semua mahasiswa kedokteran dan dokter tahu pasti bahwa ada Ikatan Doklter Indonesia), profesi wartawan (semua wartawan tahu bahwa ada Persatuan Wartawan Indonesia, Aliansi Jurnalistik Indonesia, dsb).

Oleh karena itu sangat tepat kiranya apabila dalam modul kita kali ini memperkenalkan keberadaan organisasi profesi humas di Indonesia pada khususnya dan dunia serta di beberapa negara.

Beberapa Organisasi Profesi Humas

Organisasi profesi merupakan suatu wadah para professional di dalam mengembangkan dan mengadakan suatu studi profesi. Terbentuknya organisasi profesi menunjukkan adanya komitmen dari para profesionalnya untuk semakin mengukuhkan jati diri. Organisasi profesi yang sudah mantab biasanya sangat berperan di dalam menentukan kurikulum studi profesi, mereka (organisasi ini) juga aktif melakukan riset, pertemuan, serangkaian pertemuan, dan kontes program-program humas.

Berdasarkan organisasi yang sudah ada, organisasi humas bisa dibedakan menjadi tiga. Pertama, organisasi yang menghimpun para praktisi humas secara umum, kedua organisasi yang menghimpun perusahaan humas (consultan humas), dan ketiga hádala organisasi yang menghimpun para praktisi humas yang dibedakan berdasarkan jenis perusahaannya (misal khusus perhotelan, khusus preusan rokok, dan sebagainya).

Sementara ini harus diakui bahwa Amerika merupakan negara yang pertama membentuk organisasi profesi bagi para praktisi humas. Tahun 1948 di Amerika telah terbentuk suatu wadah yang dinamakan Public Relations Society of Amerika (PRSA). Langkah ini kemudian diikuti oleh Inggris, Jerman, belanda/Netherland, Spanyol, Swiss (diolah dari data dalam Black, 1993). Sedangkan terbentuknya organisasi profesi humas di Indonesia sendiri pada tahun 1972 yaitu Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (PERHUMAS). Berikut ini akan dijelaskan beberapa organisasi saja. Informasi penting selain sejarahnya, sajian berikut ini juga bermaksud mendiskripsikan tentang kegiatan atau aktivitas organisasi-organisasi tersebut sehingga kita bisa mengambil pelajaran meniru yang baik, dalam rangka memajukan profesi humas ini di Indonesia.

ETIKA DAN KODE ETIK HUMAS

Bagian humas dapat dikatakan sebagai jantung etis dari sebuah organisasi. Karena humas adalah pengendali komunikasi internal maupun eksternal, humas juga mengatasi krisis organisasi.. Namun, banyak pula kalangan yang menganggap humas sebagai pekerjaan yang kurang terhormat, karena humas bisa membuat sesuatu yang salah menjadi benar.. Mayarakat menganggap humas lebih sering mengurus kebenaran dari pada menyampaikan kebenaran.

Persepsi yang berkembang seperti itulah yang mendorong perlunya para praktisi humas membuat sebuah kode etik profesi yang menekankan kejujuran diatas segalanya. Dengan adanya kode etik, maka profesi humas akan secara terbuka dapat dinilai oleh masyarakat sehingga para profesionalnya bisa mempertanggungj jawabkan apa yang telah dikerjakannya.

Bagian ini akan mengajak kita memahami bagaimana isu-isu etika melingkupi dunia humas dan juga akan disajikan lampiran Kode Etik Profesi Humas.

Etika

Etika berbeda dengan moral. Menurut Ruslan (1995), moral adalah suatu system nilai tentang bagaiman menjalankan hidup dengan membedakan antara yang baik dengan yang buruk selaku individu dan anggota masyarakat. Sistem nilai-nilai moral tersebut secara garis besar acuannya adalah nilai universal menghenai baik dan buruk, yang biasanya dikaitkan dengan nilai kesusilaan (kebaikan), tradisi atau adapt istiadat yang berlaku, keagamaan, kependidikan, dan lain sebagainya. Kraf (1991) menyebut moralitas adalah tradisi kepercayaan dalam agama atau kebudayaan tentang perilaku yang baik dan buruk. Moralitas memberikan suatu petunjuk dalam bentuk bagaimana seharusnya beritndak (das sollen).

Sementara etika lebih banyak menyinggung nilai-nilai atau norma-norma moral yang bersifat menentukan atau sebagai pedoman sikap tindak atau perilaku dalam wujud yang lebih konkrit (das sein).
Terdapat dua macam etika (Ruslan, 1995):

1. Etika deskriptif. Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan pola perilaku manusia serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya etika deskripstif tersebut berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan pola perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas konkrit yang membudaya. Dapat disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam penghayatan nilai atau tanpa niali dalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkan manusia bertindak secara etis.

2. Etika normatif. Yaitu etika yang menetapkan berbagai sikap dan pola perilaku yang ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini (Keraf, 1991). Oleh karena itu etika normative merupakan norma-norma yang dapat menuntun dan menghimbau manusia agar bertindak secara baik dan menghindarkan hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang berlaku di masyarakat.

Tantangan dalam profesi Humas

Apakah Humas telah layak disebut sebagai profesi?. Itu barangkali pertanyaan yang sering muncul dalam benak para siswa humas. Sebagian orang menaruh perhatian dengan predikat profesi tersebut, sebagian lagi tidak. Apabila kita melihat pengertian dan karakteristik profesi, profesional dan profesionalisme, kita bisa mengevaluasi hal-hal berikut ini:

Sebagai sebuah bidang, humas telah memiliki body of knowledge, dimana dasar teorinya berasal dari teori-teori Ilmu Sosial, khususnya Ilmu Komunikasi. Aspek relationships jelas sekali menjadi ranah kajian komunikasi. Dalam dimensi-dimensi komunikasi, relationships tidak hanya sebatas komunikasi antar personal, melainkan juga dalam level yang lebih luas, yakni dalam komunikasi organisasi maupun komunikasi massa. Model-model komunikasi, mulai yang model linier sampai dengan model yang diadik dan interaktif bisa dianggap sebagai badan pengetahuan dalam praktek humas. Humas tidak terlepas dari teori-teori sosiologi, antropologi dalam memahami publiknya.

Saat ini pendekatan-pendekatan budaya mewarnai praktek humas organisasi-organisasi multinasional. Konsep pembangunan reputasi dan tanggung jawab social melalui community development dan community relations, jelas-jelas merupakan pengembangan ilmu-ilmu sosial. Begitu pula secara teknis komunikasinya tidak lepas dari teori-teori psikologi. Dimensi politis juga menjadi bagian penting dalam praktek humas dunia.

Memiliki Kode Etik. Saat ini banyak bermunculan organisasi profesi kehumasan. Baik di tingkat dunia, asia dan Indonesia. Organisasi profesi humas tingkat dunia adalah International Public Relations Association (IPRA) yang beranggotakan para professional humas di seluruh dunia. Para praktisi humas (profesional) humas Indonesia sudah mejadi anggota IPRA. Di tingkat Asia juga ada. Saat ini hampir tiap negara sudah ada organisasi profesi. Misalnya, Perhimpunan Hubungan Masyarakat (PERHUMAS) dan Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia (APPRI) di Indonesia. Semua organisasi profesi ini mengeluarkan Kode Etik.

Kontrol akses yang tertutup. Betapapun PERHUMAS misalnya telah memiliki prosedur untuk merekrut anggotanya, namun pengontrolan terhadap perilaku profesional humas di Indonesia ini masih lemah. Beberapa badan humas dunia telah memberlakukan. Misalnya Amerika dengan PRSA-nya. Pelanggaran kode etik akan mendapat sanksi tegas, mulai peringatan sampai dengan pemecatan.

Saat ini kita temukan suatu fenomena yang cenderung membingungkan kita. Disisi satu banyak organisasi yang memiliki respon atau apresiasi yang positif terhadap humas dengan memasukkan humas sebagai salah satu pendekatan manajemen dan memasukkannya ke dalam suatu lembaga tersendiri dalam organisasi, juga adanya fenomena positif dengan semakin banyaknya organisasi yang mengangkat seorang pejabat humas bagi organisasinya. Namun, disisi yang lain masih saja ditemukan keberadaan humas yang tidak mendukung tercapainya pelaksanaan profesionalisme humas. Berdasarkan studi di beberapa negara, seperti Australia, Amerika, Inggris, Indonesia, Malaysia, India, Hongkong, dan Filipina, beberapa persoalan penting yang saat ini dihadapi humas adalah:

1. Masih sedikit organisasi yang memberi posisi humas di tingkat

korporat. Bila ada humas yang dapat langsung memiliki akses pada

CEO, tetapi ternyata mereka (PRO) belum banyak yang dilibatkan

sebagai tim pengambil keputusan organisasi.

2. Evaluasi manajemen (eksekutif) puncak terhadap kerja humas yang

masih buruk. Humas dianggap sebagai kerja yang tidak direncanakan

dengan baik, kualifikasi dan kemampuan petugas humas yang rendah

dalam bidang komunikasi, dan kemampuan manajerial PRO yang

lemah.


3. Diragukannya pendidikan humas dalam menyiapkan atau mendukung
humas yang strategis.

Ketiga hal di atas setidaknya merupakan tantangan berat yang sedang dialami dunia humas. Daftar tersebut bisa lebih spesifik di tiap-tiap negara.

Profesi, Profesional dan profesionalisme

Secara singkat kita bisa memahami profesi sebagai suatu pekerjaan, professional adalah pelakunya dan profesionalisme adalah suatu sikap atau idealisme.


Profesi berasal dari kata professues (latin) yang berarti “ suatu kegiatan atau pekerjaan yang semula dihubungkan dengan sumpah dan janji”. seseorang yang memiliki profesi berarti memiliki ikatan batin dengan pelanggaran sumpah jabatan yang dianggap telah emnodai “kesucian” profesi tersebut. Masyarakat kita mengartikan profesi sebagai suatu keterampilan atau keahlian khusus yang di miliki seseorang sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan utama yang diperolehnya lewat jalur pendidikan atau pengalaman, dan dilaksanakan secara terus menerus, serius, yang merupakan sumber utama bagi nafkah hidupnya.

Namun tidak semua pekerjaan bisa disebut sebagai suatu profesi. Apabila suatu pekerjaan diakui sebagai suatu profesi, maka praktisi yang menggeluti profesi tersebut bisa disebut sebagai profesional. Tentu saja setelah dia mampu memenuhi standart-standart kualitas seorang professional. Profesional adalah memiliki kemampuan teknis dan operasional yang diterapkan secara optimum dalam batas-batas etika profesi, dan dikatakan sebagai seorang professional adalah A Person Who Does Something With Great

Sikap dan kemampuan seorang professional bisa disebut sebagai profesionalisme, yakni mampu bekerja atau bertindak melalui pertimbangan yang matang dan benar dalam memberikan pelayanan tertentu berdasarkan klasisfikasi pendidikan dan pelatihan serta memiliki pengetahuan memadai dan dapat membedakan secara etis mana yang dapat dilakukan dan mana yang tidak dapat dilakukan sesuai dengan pedoman kode etik profesi (Ruslan, 2002: 49) Menjadi profesional, harus memiliki ciri-ciri khusus tertentu, antara lain:

  1. Memiliki Skill atau kemampuan yang tidak dipunyai oleh orang
    umum lainnya, apakah itu diperoleh dari hasil pendidikan atau
    pelatihan yang diperolehnya dan ditambah dengan pengalaman
    selama vbertahun-tahun yang telah duitempuhnya secara
    profesioanl.

  2. Memiliki tanggung jawab profesi dan integritas pribadi.

  3. Memiliki jiwa pengabdian pada publik atau masyarakat dan
    dengan penuh dedikasi.

  4. Menjadi salah satu anggota profesi akan sangat membantu.

Karakteristik atau ciri-ciri profesi.

Siebert dkk dalam Dahlan (1999) berpendapat bahwasannya suatu bidang disebut sebagai profesi apabila;

(1) memiliki body of knowledge,

(2) memiliki kode etik profesi,

(3) adanya kontrol akses yang tertutup bagi orang yang ingin

memasukinya.

Body of Knowledge atau badan pengetahuan bisa ditunjukkan dengan terumuskannya suatu model kerja ataupun model kerangka berpikir sebuah bidang. Body of knowledge juga bisa dilihat dari adanya suatu filsafat/falsafah, misi dan tujuan bidang tersebut secara jelas. Sedangkan Kode Etik adalah suatu perangkat pedoman tingkah laku yang mengikat semua anggota profesi. Kode Etik ini lazimnya disusun dan dikeluarkan oleh sebuah organisasi profesi. Terakhir, kontrol akses yang tertutup adalah adanya upaya yang dilakukan oleh (utamanya) organisasi profesi untuk menyelekasi dan atau memberi kriteria bagi orang yang ingin menjadi professional. Seleksi tersebut bisa berupa serangkaina test administrative, test pengetahuan dan skill. Pengukuhan oleh sebuah organisasi profesi juga bisa dikatagorikan sebagai kontrol.

Wednesday, January 21, 2009

Tugas Public Relation

  • Sensor perubahan sosial. Para PR professional mencermati goncangan/gerakan yang terjadi di masyarakat yang dapat berakibat buruk ataupun baik untuk perusahaan, dan membantu manajemen bersiap-siap menghadapi semua kemungkinan yang disebabkan oleh goncangan/gerakan tersebut.

  • Hati nurani perusahaan.Henry David Thoreau menulis: “Cukup sudah mengatakan bahwa perusahaan tidak mempunyai hati nurani; tetapi sebuah perusahaan yang terdiri dari orang-orang yang berhati nurani adalah sebuah perusahaan dengan hati nurani.” Ucapan tadi adalah kata-kata yang kuat, kata-kata yang para PR professional harus terus ingat. Hati nurani adalah kualitas dasar dalam pekerjaan seorang PR.

  • Komunikator. Banyak orang beranggapan bahwa komunikasi adalah peran utama public relations. Hal ini sangat mungkin dikarenakan mereka (PR professional) menghabiskan banyak waktu mengasah kemampuan komunikasi mereka dan menghabiskan hanya sedikit waktu mempertajam penilaian sosialnya. Komunikasi bukanlah tugas utama PR tetapi adalah salah satu dari empat tugas penting.
  • Monitor Perusahaan.Fungsi ini untuk memastikan bahwa kebijaksanaan dan program perusahaan sesuai dengan ekspektasi publik perusahaan. Semangat sebagai perantara (antara perusahaan dan publiknya) seharusnya tercermin di pekerjaan seorang PR. Dan hal inilah yang menjadi alasan terbaik mengapa sebaiknya seorang karyawan PR senior untuk melapor kepada tingkat manajemen tertinggi.

Source:
PR Reporter, “Tips and tactics”, 23 March 1987 (taken from Johnston, J. & Zawawi, C. (eds.) 2004, Public relations: theory and practice, 2nd. ed., Allen&Unwin, New South Wales, Australia, pp. 5-6).

Monday, January 12, 2009

Sejarah Public Relation

Humas kependekan dari hubungan masyarakat. Hal ini seringkali disederhanakan sebagai sebuah terjemahan dari istilah Public Relations (PR). Sebagai ilmu pengetahuan, PR masih relatif baru bagi masyarakat Indonesia. PR sendiri merupakan gabungan berbagai imu dan termasuk dalam jajaran ilmu-ilmu sosial seperti halnya ilmu politik, ekonomi, sejarah, psikologi, sosiologi, komunikasi dan lain-lain.
Dalam kurun waktu 100 tahun terakhir ini PR mengalami perkembangan yang sangat cepat. Namun perkembangan PR dalam setiap negara itu tak sama baik bentuk maupun kualitasnya.Proses perkembangan PR lebih banyak ditentukan oleh situasi masyarakat yang kompleks.
PR merupakan pendekatan yang sangat strategis dengan menggunakan konsep-konsep komunikasi (Kasali, 2005:1). Di masa mendatang PR diperkiraan akan mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Pemerintah AS mempekerjakan 9000 karyawan di bidang komunikasi yang ditempatkan di United States Information Agency.
Perkembangan Humas di Dunia
Dalam sejarahnya istilah Public Relations sebagai sebuah teknik menguat dengan adanya aktivitas yang dilakukan oleh pelopor Ivy Ledbetter Lee yang tahun 1906 berhasil menanggulangi kelumpuhan industri batu bara di Amerika Serikat dengan sukes. Atas upayanya ini ia diangkat menjadi The Father of Public Relations.
Perkembangan PR sebenarnya bisa dikaitkan dengan keberadaan manusia. Unsur-unsur memberi informasi kepada masyarakat, membujuk masyarakat, dan mengintegrasikan masyarakat, adalah landasan bagi masyarakat.
Tujuan, teknik, alat dan standar etika berubah-ubah sesuai dengan berlalunya waktu. Misalnya pada masa suku primitif mereka menggunakan kekuatan, intimidasi atau persuasi ntuk memelihara pengawasan terhadap pengikutnya. Atau menggunakan hal-hal yang bersifat magis, totem (benda-benda keramat), taboo (hal-hal bersifat tabu), dan kekuatan supranatural.
Penemuan tulisan akan membuat metode persuasi berubah. Opini publik mulai berperan. Ketika era Mesir Kuno, ulama merupakan pembentuk opini dan pengguna persuasi. Pada saat Yunani kuno mulai dikembangkan Olympiade untuk bertukar pendapat dan meningkatkan hubungan dengan rakyat. Evaluasi mengenai pendapat atau opini publik merupakan perkembangan terakhir dalam sejarah kemanusiaan.
Dasar-dasar fungsi humas ditemukan dalam revolusi Amerika. Ketika ada gerakan yang direncanakan dan dilaksanakan. Pada dasarnya, masing-masing periode perkembangan memiliki perbedaaan dalam startegi mempengaruhi publik, menciptakan opini publik demi perkembangan organisasinya.
Berikut gambaran kronologis PR di dunia:
Abad ke-19 : PR di Amerika dan Eropa merupakan program studi yangmandiri didasarkan pada perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi.1865-1900 : Publik masih dianggap bodoh1900-1918 : Publik diberi informasi dan dilayani1918-1945 : Publik diberi pendidikan dan dihargai1925 : Di New York, PR sebagai pendidikan tinggi resmi1928 : Di Belanda memasuki pendidikan tinggi dan minimal difakultas sebagai mata kuliah wajib. Disamping itubanyak diadakan kursus-kursus yang bermutu1945-1968 : Publik mulai terbuka dan banyak mengetahui1968 : Di Belanda mengalami perkembangan pesat. Ke arahilmiah karena penelitian yang rutin dan kontinyu.Di Amerika perkembangannya lebih ke arah bisnis.1968-1979 : Publik dikembangkan di berbagai bidang,pendekatan tidak hanya satu aspek saja1979-1990 : Profesional/internasional memasuki globalisasi dalamperubahan mental dan kualitas1990-sekarang : a. perubahan mental, kualitas, pola pikir, pola pandang,sikap dan pola perilaku secara nasioal/internasionalb. membangun kerjasama secara lokal, nasional, internasionalc. saling belajar di bidang politik, ekonomi, sosial budaya,Iptek, sesuai dengan kebutuhan era global/informasi
Asal Mula Istilah
Pengertian :
Hubungan dengan masyarakat luas baik melalui publisitas khususnya fungsi-fungsi organisasi dan sebagainya terkait dengan usaha menciptakan opini publik dan citra yang menyenangkan untuk dirinya sendiri (Webster’s New World Dictionary)
Fungsi manajemen yang mengevaluasi sikap publik, mengidentifikasi kebijaksanan dan prosedur seorang individu atau organisasi berdasarkan kepentingan publik dan menjalankan suatu program untuk mendapatkan pengertian dan penerimaan publik (Public Relations News)
Filsafat sosial dan manajemen yang dinyatakan dalam kebijaksanaan beserta pelaksaannya yang melalui interpretasi yang peka mengenai peristiwa-peristiwa berdasarkan pada komunikasi dua arah dengan publiknya, berusaha memperoleh saling pengertian dan itikad baik (Moore, 2004: 6).
Public Relations yang diterjemahkan menjadi hubungan masyarakat (humas) mempunyai dua pengertian. Pertama, humas dalam artian sebagai teknik komunikasi atau technique of communication dan kedua, humas sebagai metode komunikasi atau method of communication (Abdurrahman, 1993: 10). Konsep Public Relations sebenarnya berkenaan dengan kegiatan penciptaan pemahaman melalui pengetahuan, dan melalui kegiatan-kegiatan tersebut akan muncul perubahan yang berdampak (lihat Jefkins, 2004: 2).
Public Relations menyangkut suatu bentuk komunikasi yang berlaku untuk semua organisasi (non profit - komersial, publik- privat, pemerintah - swasta). Artinya Public Relations jauh lebih luas ketimbang pemasaran dan periklanan atau propaganda, dan telah lebih awal.
Dewasa ini, Public Relations harus berhadapan dengan fakta yang sebenarnya, terlepas dari apakah fakta itu buruk, baik, atau tanpa pengaruh yang jelas. Karena itu, staf Public Relations dituntut mampu menjadikan orang-orang lain memahami suatu pesan, demi menjaga reputasi atau citra lembaga yang diwakilinya.